Selasa, 18 Januari 2011

PSSI di Tangan Para Penjahat

Realitas politik yang kotor tidak bisa disatukan dengan Sepak bola, Sepak bola merupakan cabang prestasi yang membutuhkan sumber daya professional karena kapasitas, kapabilitas, kualitas yang menentukan sepak bola itu maju atau tidak, bukan faktor politik.

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) sejak lama diisi oleh kader-kader partai politik untuk meneruskan visi politik partai yang dibawanya. Sehingga program yang dicanangkan diusahakan menguntungkan partainya, walaupun tidak menguntungkan bagi PSSI itu sendiri.

Sebagai organisasi sepak bola terbesar di Indonesia PSSI memiliki sumber pendapatan yang sangat besar, hal ini pula yang membuat partai-partai berebut memasukkan kader-kadernya untuk mengambil keuntungan dari sana baik pribadi maupun bagi partainya. Hal ini berdampak pada mayoritas pengurus PSSI diisi oleh politikus, tetapi sialnya diisi oleh politikus bermasalah

Nurdin Halid pernah divonis dua tahun penjara dalam kasus korupsi dalam pengadaan minyak goreng. Dia saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Koperasi Distribusi Indonesia (KDI).

Hamka Yandhu juga pernah terbelit kasus korupsi. Dia terbukti bersalah dalam kasus suap pemilihan DGS BI dan korupsi aliran dana Bank Indonesia ke DPR. TM Nurlif kini juga sudah berstatus tersangka terkait kasus cek suap pemilihan DGS BI.

Ada juga salah seorang pengurus PSSI yang bukan politisi, bernama Joseph Refo yang terlibat kasus kriminal. Dia terbukti melakukan kekerasan terhadap istrinya hingga tewas.

Pengawasan terhadap pengurus PSSI yang lemah tidak mustahil membuat penjahat-penjahat ini merampok uang PSSI yang jumlahnya cukup menggiurkan. Untuk itu ketakutan pencinta sepak bola akan nasib PSSI yang kian terpuruk di tangan para penjahat ini wajar. Ditambah akhir-akhir ini terlihat sekali bagaimana kepentingan politik merusak tatanan sepak bola di Indonesia slah satunya ketika Nurdin Halid menaikkan harga tiker pada Leg II Final AFF, Andi Mallaranger dan SBY meminta untuk diturunkan harga tiket tersebut tetapi tidak digubris, beberapa hari sebelum pertandingan tiba-tiba saja harga tiket turun dari 75.000 menjadi 50.000, hal ini diakui nurdin turunnya harga tiket dikarenakan pa Ical meneleponnya untuk menurunkan harga tiket dan dia sebagai kac*ng nya bersedia.

Adanya LPI (Liga Premier Indonesia) serta desakan revolusi PSSI dari seluruh Supporter Indonesia jika ditanggapi serius oleh Pemerintah akan menjadi bom Waktu yang akan membuat sepak bola kita jatuh ke dalam jurang politik yang menyesatkan. Untuk itu segeralah kembalikan urusan sepak bola ini pada orang-orang yang professional.

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Serat ILmu
Theme by Yusuf Fikri