Sabtu, 30 April 2011

Pemerintah Harus Tegas Hadapi Cuci Otak NII



INILAH.COM, Bandung - Paham Negara Islam Indonesia (NII) kembali menjadi pembicaraan setelah terjadi kasus penculikan dan cuci otak terhadap puluhan karyawati serta mahasiswa di sejumlah daerah, termasuk di Jabar.

Di Jabar, khususnya Kota Bandung bahkan disinyalir penculikan dan cuci otak yang diduga dilakukan pengikut NII telah memasuki kawasan kampus.

Munculnya gerakan NII ini tidak terlepas dari sejarah pada masa kemerdekaan dulu. Gerakan NII ini bermula dari diproklamirkannya NII atau Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewiryo di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong Tasikmalaya pada 7 Agustus 1949.

NII ini didirikan untuk meneruskan proklamasi 17 Agustus 1945 pascakekosongan kekuasaan di Jabar setelah hijrahnya Ibukota RI ke Yogyakarta. Setelah ibukota kembali ke Jakarta dan pemerintahan yang dipimpin Presiden Soekarno kembali pulih, dimulailah pertentangan antara DI/TII dengan pemerintah dalam hal ini TNI.

Perang terhadap pemberontakan DI/TII pun mulai dilakukan pemerintah. Akhirnya melalui Operasi Pagar Betis pada 1962, SM Kartosoewiryo ditangkap dan 36 pengikut utamanya menyerah turun gunung

Setelah Kartosoewiryo ditangkap dan dihukum mati, sebenarnya secara ideologi paham NII atau DI/TII juga ikut mati. Namun ada sejumlah penerus ideologi Kartosoewiryo yang mendambakan berdirinya negara Islam. Seperti pemberontakan Daud Beureuh di Aceh pada 1974, yang berakhir setahun kemudian setelah pimpinannya, Abu Daud ditangkap.

Kendati telah ditumpas, pengikut ideologi NII tidak pernah benar-benar habis. Salah satunya muncul nama Panji Gumilang sebagai pimpinan baru NII yang berpusat di Ummul Quro Ma’had Al Zaytun di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Hegarmanah, Indramayu.

Namun mantan pengikut NII Komendemen Wilayah (KW) 9 Jabar Adnan Fahrullah (40) menegaskan, NII di bawah kepemimpinan Panji Gumilang merupakan NII gadungan. Pasalnya, NII sebenarnya yang digagas Kartosoewiryo sudah tidak ada dan telah kembali ke pangkuan Republik Indonesia.

Terkait pelaku penculikan dan cuci otak yang akhir-akhir ini marak, menurut Adnan yang mempunyai nama lain Ahmad Nurdin tersebut, merupakan organisasi atau kelompok sempalan NII Panji Gumilang.

Pola rekrutmen anggota mereka pun sama dengan NII yang selama lebih dari enam tahun diikutinya. Namun motif kedua kelompok ini berbeda. Bila NII Panji Gumilang mencari pengikut atau anggota baru, kasus pencucian otak yang dilakukan NII sempalan bermotif kriminal murni untuk mendapatkan uang atau harta.

Adnan sendiri menyakini, meski gerakan NII sejak 1990 mulai mengendur karena mendapat pengawasan ketat dari pemerintah, kenyataannya anggota NII masih berkeliaran mencari korban untuk direkrut menjadi anggota baru.

"Saat ini, ada sekitar 100.000 anggota NII di seluruh indonesia di bawah kepemimpinan Panji Gumilang," ujar Adnan saat ditemui wartawan di Bandung, Rabu (20/4/2011) malam. Sedangkan NII sempalan, di seluruh Indonesia diperkirakan mencapai 10.000 orang.

Sejauh ini, korban cuci otak NII terus berjatuhan. Kendati belum ada laporan resmi adanya korban di wilayah Bandung, Ketua Forum Ulama Umat Islam (FUUI) KH Athian Ali Da'i mengaku pernah menerima laporan sekitar 200 mahasiswa ITB yang sudah tidak kuliah lagi dan akhirnya drop out (DO) gara-gara menjadi korban NII.

Adanya korban NII dari kalangan mahasiswa tersebut tidak hanya terjadi di ITB, tapi juga di kampus-kampus lainnya di Bandung. "Kampus lainnya seperti UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) dan Unpad (Universitas Padjadjaran) saat ini sedang mendata ulang sejumlah mahasiswanya yang ditengarai menjadi korban NII," terang Athian saat menggelar jumpa pers di Masjid Al-Fajr, Jalan Cijagra, Buahbatu Kota Bandung, Selasa (26/4/2011).

Selain mahasiswa, dalam catatan FUUI hingga 2011 ini, sedikitnya ada 2.000 karyawan sebuah pabrik tekstil di Kabupaten Bandung yang hampir 80% menjadi pengikut NII. Maraknya korban pencucian otak terhadap kalangan mahasiswa pun membuat perguruan tinggi berjaga-jaga.

Ketua Lembaga Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung (ITB) Brian Yuliarto menuturkan, saat ini pihaknya memang belum melakukan tindakan proteksi khusus terhadap para mahasiswanya. Namun ITB telah melakukan sosialisasi tentang hal tersebut.

"Bukan hanya NII tapi kami juga melakukan sosialisasi terhadap aliran sesat lainnya,” terang Brian saat dihubungi INILAH.COM, Selasa (25/4/2011). Brian mengatakan, untuk saat ini proteksi terhadap mahasiswa ITB diserahkan pada pihak DKM Masjid Salman..

Kasus ini pun mendapat perhatian Kementerian Agama. Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Prof Dr Nazarudin Umar Nazarudin menegaskan, pihaknya akan mengumpulkan rektor se-Indonesia terkait maraknya pemberitaan pencucian otak mahasiswa oleh pihak NII.

"Dalam waktu dekat saya akan kumpulkan rektor universitas se-Indonesia, untuk membahas masalah NII yang sudah mulai masuk kampus," ujar Nazarudin usai mengikuti acara Strategi dan Arah Pengembangan Wakaf di Indonesia di Galeri Ciumbuleuit, Kota Bandung, Rabu (27/4/2011).

Sedangkan dari pihak kepolisian, Polrestabes Bandung bakal menyebarkan anggota intel ke setiap kampus di Bandung untuk mewaspadai korban mahasiswa yang menjadi target utama pelaku cuci otak.

Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Jaya Subriyanto mengatakan, anggota intel tersebut disebar untuk menutup pergerakan para pelaku cuci otak yang beredar ke wilayah kampus.

"Hal itu untuk mencegah korban cuci otak di kalangan mahasiswa lebih banyak lagi," ujar Jaya kepada wartawan di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Selasa (26/4/2011).

Selain di wilayah kampus, polisi juga terus melakukan langkah antisipasi dengan cara mendeteksi kegiatan pelaku pencuci otak yang saat ini dinilai meresahkan masyarakat.

Meski cuci otak atau sering disebut brain wash itu saat ini tengah meresahkan masyarakat, polisi belum mendapatkan laporan terkait adanya korban cuci otak di Bandung. Jaya mengimbau masyarakat agar segera melaporkan kepada polisi jika ada anggota keluarganya yang hilang dan diduga kuat menjadi korban pencucian otak.

Guna mengantisipasi bertambahnya korban cuci otak NII, satu hal yang diperlukan, yakni ketegasan dari pemerintah dan aparat penegak hukumnya. Bila memang gerakan NII merupakan ideologi terlarang, harus segera diambil langkah nyata untuk membubarkannya sehingga tidak semakin banyak masyarakat yang menjadi korban. [gin]

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Serat ILmu
Theme by Yusuf Fikri